Di awal tahun ini, kita (para Guru yang aktif di beberapa grup Guru berbasis media sosial) mendapat informasi tentang adanya program pengiriman 1000 Guru ke Luar Negeri. Saat itu, belum ada informasi yang jelas dan pasti terkait kegiatan ini. Tak terbayangkan pula bahwa saya adalah salah satu Guru yang nantinya akan diberangkatkan setelah lolos melewati beberapa tahapan seleksi. Alhamdulillah.
Setelah mengirimkan essay dan diwawancarai, saya dihubungi pihak panitia, dalam hal ini P4TK Matematika, untuk segera mengirimkan berkas-berkas yang dibutuhkan karena telah dinyatakan sebagai salah satu peserta yang akan berangkat ke Korea Selatan mewakili Sekolah dan daerah saya. Wowww.. Bahagianya.. Tapi, kebahagiaan itu tidak bias berlarut-larut dirasakan karena pengurusan berkas yang dibutuhkan untuk pengurusan paspor, visa, asuransi, dan lainnya terasa begitu berat karena banyak item yang harus segera terkumpul. Kebayang gak, ketika kami diminta mengirimkan berkas yang harus sudah terkumpul di Jogja pada hari Senin padahal pemberitahuannya di hari Sabtu. Bank dan kantor tutup pada hari itu, tapi berkas tersebut wajib diterima P4TK Matematika di hari Senin. Joss.. Tapi, yang namanya rejeki tidak akan tertukar walaupun harus dengan pontang-panting.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada P4TK Matematika. Saya yang mengurusi berkas sendiri saja terpontang-panting, apalagi P4TK yang mengurusi keberangkatan lebih dari 40 peserta??
Skor PISA dan TIMSS Korea Selatan memiliki perbedaan yang besar dengan kita. Berdasarkan itu, ada rasa penasaran dalam benak saya tentang pembelajaran seperti apa yang dilakukan di kelas-kelas Korea Selatan, system pendidikan apa yang mampu menggugah Guru-guru di Korea untuk berubah. Selain itu, tentu saja yang menggugah rasa ingin tahu saya adalah terkait teknologi dan pemanfaatannya di kelas. Secara umum, saya berharap ada perbedaan yang bisa kami adaptasi atau tiru, walaupun saya yakin banyak Guru Indonesia yang juga memiliki kehebatan dalam berinovasi dengan teknologi yang ada saat ini di Indonesia.
Setelah 5 hari berada di Korea dan 4 hari mengikuti rangkaian kegiatan yang sudah terencana, ada beberapa poin yang saya dapatkan, antara lain:
1. Korea mulai bergerak pada bahan ajar dinamik. Pada prinsipnya, siswa diajak buntuk melakukan aktifitas saat membaca bahan ajar. Tidak sekedar membaca tanpa memahami secara utuh.
2. Pembelajaran Matematika berbasis aktifitas
3. Korea mulai mengarah pada pembelajaran terintegrasi (STEAM).
4. Walaupun masih terdapat aura pesimis dari orang tua, Korea sudah mulai menerapkan pembelajaran tanpa ujian (paper test), karena paper test hanya menguji kemampuan menghafal, bukan menguji performance dan kreatifitas siswa. Saat ini, KNUE sudah memiliki CERI (Convergence Education Research Institute) yang focus pada STEAM (salah satunya).
5. Pembelajaran koding (computational thinking) sudah diajarkan sejak SD. Dan saat di SMA sudah belajar mendalam tentang berbagai Bahasa pemrograman.
6. Pemberian tugas saat pembelajaran selalu diarahkan pada kemampuan berpikir tingkat tinggi, yaitu penugasan yang tidak biasa/non-rutin/non-algorithmic/sesuai konteks.
Beberapa hal di atas bukan barang baru bagi kita, Guru-guru di Indonesia, akan tetapi mengalami kesulitan saat mengimplementasikannya. Bersyukurlah kami karena kegiatan short course ini juga akan melakukan observasi di beberapa sekolah di Korea Selatan. Besar harapan kami agar mendapatkan ide dan inspirasi untuk membantu kami saat beraksi di kelas, insya Allah.
Hari ini adalah hari keempat dalam rangkaian kegiatan kami, berharap akan mendapatkan lebih banyak lagi pada hari-hari berikutnya. Aamiinn.. Insya Allah, tidak akan kami sia-siakan perjalan ini.
#ShortCourseKNUE
#P4TKMatematika
#KoreaSelatan
#KNUE
Yandri Soeyono
Guru Matematika SMAN 2 Kei Kecil, Maluku Tenggara, Maluku