Oleh: Mahrani
Letih badan ini berimbas pada mata yang tidak dapat diajak kompromi. Ingin sekali jari jemari ini mensortir dokumentasi yang membuat memory android ini penuh, namun apa daya mata memang penuh misteri.
Malam itu terlewatkan dengan begitu saja. Detak jam semakin lama semakin menjauh dari telinga.
Aku terbangun satu jam sebelum adzan subuh berkumandang. Kulihat sahabatku sudah mulai melakukan aktivitas di kamar mandi, terpaksa aku harus menunggu antrian sambil menyaksikan film spiderman kesayangan.
Giliran untuk mandi kini menghampiriku, tak kusia-siakan waktu itu karena harus segera menunaikan kewajiban dan segera turun ke lobby untuk mengisi energi bersama peserta lainnya.
Waktu menunjukkan pukul 07.50 waktu Kuala Lumpur. Tanda kami harus segera check-out dan menuju bus yang akan membawa kami hingga tengah malam nanti. Senyum manis dan ucapan “Selamat pagi bapak/ibu” dari sang tour guide dan sopir menyambut kami di depan pintu masuk kuda besi ini. Tepat 08.00 rodanya mulai berputar menghantarkan kami menjelajahi negeri ini kembali. Kuberharap semoga tidak ada lagi kejadian sebagaimana hari kemaren yang membuat sang roda kuda besi ini tertahan untuk beberapa saat.
Canda tawa terdengar menggema disepanjang perjalanan dipagi ini. Kelakar dan guyonan khas Pak Sigit yang cerdas namun menggelitik.
Rute pertama yang kami tempuh adalah jalur menuju Batu Cave yang merupakan tempat ibadah ummat Hundu. Goa yang terbuat dari batu kapur dengan 272 anak tangga dibawahnya. Tentu perlu tenaga ekstra untuk mencapai puncak destinasinya.
Perjalanan pagi ini sempat terhenti pada pukul 08.17 di sebuah stasiun pengisian bahan bakar umum milik Petronas. Sang kuda besi harus diisi solar agar mesinnya terus dapat bekerja demi memberikan kenyamanan kepada kami hingga tengah malam nanti.
Perjalanan ke Batu Caves akhirnya sampai ke perhentiannya. Para peserta pemburu foto tak lupa mengabadikan moment berharganya. Kupikir jika hanya sebatas pada lapangan luas dengan kuil disekelilingnya serta latar belakang patung hindu raksasa, rasanya belumlah cukup untuk mengobati rasa penasaranku untuk mencapai tempat tertinggi di ujung sana.
Kulangkahkan kaki ini menaiki satu persatu anak tangga penuh akan warna itu dengan cucuran keringat dan keyakinan bahwa aku dapat menaklukannya. Yessss…. anak tangga ke 272 tersebut akhirnya sukses kulewati.
Tak perlu waktu lama untuk mengeksplorasi Goa Kapur di ujung sana. Aku mulai memutar haluan untuk kembali menyusuri anak tangga. Tantangan yang nyatapun dimulai.
Jantungku berdegup kencang. Aku yang sebenarnya sedikit trauma dengan ketinggian,harus memberanikan diri menyusuri tepian pagar pembatas agar tangan ini kuat mencengkram mengurangi gaya gravitasi agar badanku tidak menggelinding ke bawah.
Langkah kakiku kuayunkan secara perlahan, sesekali melihat lalu lalang para pengunjung dan ummat hindu yang berseliweran, namun tak pernah sekalipun menatap anak tangga terbawah ataupun lapangan luas yang tadi menyambut kedatangan kami. Karena bisa kupastikan, lututku akan langsung bergetar…keringat dingin bercucuran karena ketakutan….bahkan hal memalukan mungkin bisa akan terjadi jika kupaksakan hal itu kulakukan. Tanganku tak kulepaskan dari pembatas anak tangga itu.
Hingga akhir petualanganku, cengkraman itu masih kuat membayangi ingatanku.
Waktu telah menunjukkan pukul 09.31, sang roda kuda besi mulai meninggalkan goa kapur dan menuju Putra Jaya.
Perjalanan kali ini ternyata lengang, tak terasa pukul 10.15 sampai juga di tol mex putra jaya. Bus yang kami tumpangi harus membayar biaya 173.45RM sebagai ongkos tolnya. 10 menit kemudian Bispun singgah diperhentiannya, tepat di depan Putra International Convention Center. Sebuah kawasan perkantoran pemerintah yang asri, indah dan menyejukkan mata dengan hamparan danau buatan di depannya. Kali ini mata seolah-olah tak mau berpaling dari tatapan tajam betapa luar biasanya karya fenomenal Sang Perdana Menteri ke-IV Malaysia yang saat ini terpilih kembali untuk memimpin negeri.
Pukul 10.52 roda bus kembali berputar, menghantarkan kami ke tempat menjamu selera. Memanjakan lidah khas Indonesia.
Perut terasa kenyang, perjalanan kami lanjutkan menuju Gedung Perdana Menteri Malaysia yang megah nan perkasa. Bak ingin menegaskan bahwa mereka membangun negeri ini untuk kejayaan hingga anak cucu mereka kelak. Panas terik matahari yang membakar kulit tak dihiraukan siang ini, cucuran keringat yang membasahi tubuh juga tidak terlalu menjadi perhatian demi mengabadikan moment langka yang tidak dapat setiap saat kami dapatkan.
Hampir satu jam mengeksplorasi kawasan perkantoran Perdana Menteri Malaysia beserta masjid ikoniknya, perjalanan terakhir kami mengarah ke Botanical Garden Putra Jaya untuk memanjakan mata selama satu jam ke depan. Hutan asri yang dikelola dengan begitu baiknya,memanjakan mata siapapun yang berkunjung ke tempat itu. Namun meskipun demikian,keindahan itu tidak sebanding dengan keindahan hutan di Indonesia yang bagaikan surga dunia.
Detak jam sudah berada tepat menunjukkan pukul 14.05, roda sang kuda besi yang senantiasa setia menemani perjalanan kami mulai berputar, menggelinding jauh menuju Kota Pulau Penang dengan jarak 450 kilometer. Perjalanan panjang yang akan ditempuh untuk 5 jam kedepan. Perjalanan pulang yang membuat hampir semua peserta memejamkan mata, karena senin esok kami sudah harus kembali ke kelas untuk belajar hingga akhir pekan terakhir di lembaga ini.
Roda sang kuda besi sempat memperlambat perputarannya. Hampir 10 kilo meter jauhnya sang kuda besi merayap bak siput yang sedang berlomba. Aku bingung apa yang terjadi. Kulihat dari kejauhan, tepatnya pada pukul 17.42, ternyata dua buah truck sarat muatan krn kecelakaan mobil sarat muatan hangus terbakar tak jauh dari terowongan dibalik gunung itu.
Roda kuda besi kembali melaju. Menembus derasnya air hujan yang mengguyur disore itu. Menghantarkan kami menuju Rest Area sekitar 10 kilometer sebelum jembatan terpanjang di asia tenggara, Jembatan Sultan Abdul Halim Mu’adzam Syah sepanjang 24,7 kilometer dwngan biaya tol sebesar 111,7 Ringgit Malaysia menyambut kedatangan kami.
Perjalanan panjang dua hari ini akhirnya berhenti tepat di parkiran Recsam pada pukul 20.35, tanda petualangan akhir pekan ini telah selesai dan siap menyambut week days dengan setumpuk ilmu dan pengalaman baru sebagaimana amanah negara yang diletakkan dipundak ini agar dapat diterapkan untuk memajukan pendidikan di tanah air tercinta nanti.
#Terima Kasih PPPPTK Matematika
Kuala Lumpur-Penang, Malaysia
24 Maret 2019