SISAKAN SATU
Oleh : Zazuli Zamzam
Terpatungku di teras Recsam
Memandang Bukit Bendera menyangga awan
Kerlipan lampu adalah tanda
Bahwa hidup masih berlama
Bahwa tujuan belum teraih
Bahwa langkah belumlah usai
Kicau burung malam sontak terhening
Tertindih sunyi sedalam senyap
Menyimpan bara semarah lahar
Menggertak semangat agar berlari…
menggelepar …
Masih adakah kelopak matamu?
Harusnya tidak!
Sebab
Telah terlambung kita di atas batas
Hingga khatulustiwa sekedar ingatan
Adakah hari untuk kembali?
Kita,
Pergi bersama angan
Pulang memikul amanat
Kibarkan merah putih …
di singgasana PISA
di kerajaan TIMSS
Sahabat,
Buanglah semua rindu
Lemparkan segala cinta
Namun sisakan satu
untuk Bumi Pertiwi.
Pulau Pinang, 16 Maret 2019
Puisi Narasi Tentang Kita
Oleh : Zazuli Zamzam
Sahabat,
aku gagal menemukan rumus yang menjelaskan tentangmu. Kau bukanlah alpha dan omega. Kau pun bukan gamma apalagi beta. Mungkinkah absis dan ordinat?
Tiada di deret ukur dan hampa di deret hitung. Tak dapat kucari dengan FPB dan KPK. Tidak pula dengan phytagoras. STEM dan HOTs pun bukanlah tandinganmu.
Sahabat,
engkau lebih dari jengkal dan hasta. Lebih dari kuadrat dan kubik. Tiada bangun ruang yang setara denganmu, apalagi titik, garis, dan kurva. Ingin kugambar engkau sebagai persegi, lingkaran, belah ketupat dan layang-layang, namun engkau tidak sama dengan itu.
Sahabat,
munginkah engkau adalah phi? Ataukah engkau sepuluh per tiga?
Bukan.
Engkau adalah sahabat. Yang tidak diikat dengan tali, tapi diinduksi oleh rasa dan dipetakan oleh tujuan. Denganmu hadirlah kita.
Tanpamu, kita hanyalah kami. Tanpamu, kami hanyalah aku. Tanpamu, aku hanyalah nol.
Negeri Penang, 17 Maret 2019.
Dipersembahkan untuk PPPPTK Matematika dan Tim Guru Indonesia ke Malaysia dan Korea Selatan 2019.
Kau Pun Tidak Mengenalku
Oleh : Zazuli Zamzam
Bukan sekedar ya
Bukan hanya tidak
Keheningan tanpamu lebih dari penjara
Keramaian tanpamu lebih dari panasnya Negeri Penang di bulan Maret
Tertatih langkahku
Mendaki tingginya ilmu
Lelah?
Hampir saja.
Telah rontok bulu sayapku
Telah berdarah jemariku
Telah patah tulangku
Telah habis suaraku
Tak kuasa memanggilmu
Meskipun kumau
Jika mereka tak ada…
Tergelincirlah aku ke titik terdalam…
Yang jika pun kau ada
Kau pun tidak mengenalku
KUDENGAR KALIAN MERINDUKANKU
Oleh : Zazuli Zamzam
Kudengar kalian merindukanku…
Benarkah?
Aku yang selalu memaksa
Aku yang terus mendikte
Kudengar kalian merindukanku …
Layakkah?
Kupaksa kalian berlari meskipun kutahu berjalan pun kalian tak mampu.
Kudengar kalian merindukanku…
Pantaskah?
Aku paksa kalian bernyanyi, meskipun kutahu berbicara pun kalian tak mampu.
Kudengar kalian merindukanku…
Benarkah begitu?
Muridku….
Aku terharu.