Jurnal Harian , 7 Maret 2019
Oleh Vira Afriati
Agenda Hari keempat diklat adalah Math tour. Awalnya kami berfikir akan mengunjungi sekolah sekolah di korea selatan. Ternyata yang kami dapatkan sungguh menakjubkan. Pagi hari setelah sarapan nasi ikan goreng dan kimci kami pun menunggu bus di halte bus sambil foto – foto.
Kelas masa depan tempat kami menerima presentasi KERIS
Kalau untuk teman – teman mungkin sistem bus disini termasuk baru, tapi bagi saya persis seperti di komplek perumahan saya saat masih kecil di PT INALUM. (yang anak INALUM angkat tangan). Nunggu bus harus di halte dan busnya adanya di jam – jam tertentu. Pas kali kan seperti kita dulu di INALUM kalau mau pergi ke Tebingtinggi. Tapi kali ini kami tidak pergi dengan bus umum yang biasa lewat di kampus. Kami naik bus yang sudah disediakan. Di bus pakai safety belt, dan baru sadar jalannya di lajur kanan.
Peta Daegu salah satu tugas matematika
Tujuan kami ke Daegu City sekitar dua jam dari kampus. Sempat terpikir kok sekolah yang dipilih untuk dikunjungi harus yang jauh amat ya? Pemandangan luar dari bus yang kami lihat tidak begitu indah. Kami kurang beruntung datang di musim yang kurang tepat. Di bilang winter saljunya udah ga ada, dibilang spring bunganya belum tumbuh. Pohon – pohonya masih kering, cuma ranting saja. Karena busnya nyaman dan jalannya ga ada macet tertidur juga. Sampai di tujuan kami pun di antar masuk ke gedung Daegu Metropolitan Office of Education. Menurut saya mungkin ini seperti cabang dinas pendidikan di Daegu. Walaupun cabang dinas tapi gedungnya mewah sekali. Ruangan untuk kami saja seperti ruang para pejabat DPR lagi sidang. Presentasi dibawakan oleh Mi Na Seo. Dia adalah salah satu dari delapan anggota tim yang ditugaskan pemerintah untuk membuat program yang membuat matematika menyenangkan terkait kurikulum baru Korea 2015. Tim tersebut lalu menyusun konsep Math tour. Konsep ini sungguh luar biasa. Apa itu Math Tour? Kalau saya diminta menceritakannya dalam kalimat singkat maka Math tour bagi saya seperti jalan – jalan ke daerah wisata sejarah di Daegu sambil mengerjakan tugas – tugas matematika dan melihat betapa matematika ada di sekitar kita, dalam prosesnya dilibatkan teknologi scan QR code untuk masuk ke webnya dan memperoleh tugas – tugas matematika sesuai levelnya. Untuk detailnya saya jelaskan berikutnya. Setelah presentasi berakhir kamipun diberi makan siang nasi kotak yang menunya ayam tepung wijen. Gimana ya? Makan ikan teri medan aja deh bontot yang disiapkan dari medan. Setelah makan kami diminta buru – buru kembali ke bus untuk mengalami langsung Math tour di wisata sejarah Daegu. Di setiap waktu orang orang korea memang sering terlihat memburu waktu. Jalannya cepat – cepat, makannya cepat, kadang – kadang mereka sambil ngobrol tapi tetap cepat. Walaupun buru – buru disempatkan juga curi – curi foto. Di halaman gedung pertama kalinya dalam hidup saya bertemu pohon bunga sakura. Sayang sekali belum begitu banyak dan belum mekar. Kalau nanti benar – benar musim semi pasti indah sekali. Kami pun diantar ke lokasi Tour. Lokasinya bagus sekali. Sarat dengan cerita sejarah kota Daegu. Cerita sejarah Daegu ini beserta bangunan bersejarahnya inilah yang dikaitkan dengan tugas – tugas matematika di Math Tour. Sebelum menceritakan detail teknis Math Tour saya tertarik menceritakan tentang sejarah kota Daegu ini yang benar – benar baru buat saya. Ternyata dulu Daegu adalah kota yang miskin. Lalu datanglah para misionaris dari Eropa, salah satunya Jhonson. Ia kemudian menanam 70 pohon apel di Daegu dan ternyata berhasil sampai sekarang. Lokasi kota Daegu mungkin seperti Brastagi. Disini kami merasakan sinar matahari tetapi suhunya tetap dingin. Karena itu pohon apel tumbuh dengan baik dan sampai sekarang Daegu terkenal sebagai daerah yang menghasilkan apel. Berkat apel – apel tersebut kota Daegu pun berkembang menjadi tempat yang lebih baik. Di lokasi ini kami melihat rumah asli Johnson. Dibelakang rumah Johnson ia membangun gereja pertama di Daegu. Disini juga ada pemakaman para misionaris. Tapi saat saya tanya dimana makam Johnson di USA katanya. Kami pun pindah ke lokasi berikutnya menyebrang di depannya lokasi para pejuang korea melawan Jepang. Ternyata mereka dulu juga dijajah Jepang. Kami melihat peninggalan rumah asli Sang Don Seos pemimpin kemerdekaan Korea. kami jadi tau bahwa Ms Mi Na Seo ternyata keturunan langsung dari Sang Don Seos. Wow, keturunan langsung pahlawan nomor satu korea selatan. Untuk masuk ke lokasi komplek perumahan ini kami masuk gang yang tidak begitu besar tapi di sisi dindingnya kami terus disuguhi pajangan informasi sejarah Korea Selatan. Gambar – gambar yang ditampilkan sarat sejarah tapi juga ternyata gambar 3D seperti yang sering kita foto – foto. Jadi walaupun sejarah tapi dikemas modern. Nah bagaimana sejarah kota Daegu ini dikaitkan dengan tugas – tugas matematika di Math Tour?
Mula – mula saat masuk siswa ke loket informasi dan mendapat peta ataupun pentunjuk. Lalu mereka harus menscan QR Code di papan yang ada di situ. Cara ini saja di mata saya sudah modern. Disini guru – guru biasa menyimpan bahan ajarnya di web dan siswa cukup menscan QR code nya untuk mengakses materinya. Setelah di scan mereka masuk ke web Math Tour dan diminta memasukkan nomor telepon, mengisi informasi berkaitan dengan kelas berapa siswa tersebut. Jika siswa tersebut SD maka akan dipilihkan tugas – tugas matematika untuk SD, begitu juga SMP dan SMA. Padahal kami semua sudah mendownload aplikasi scan QR Code, tapi sayang sekali nomor telepon yang dimasukkan harus nomor korea, dan bahasa yang tersedia masih bahasa Korea. Jadinya kami tidak bisa terlibat langsung berperan sebagai siswa yang sedang ikut tour. Dalam Math Tour ini sebenarnya ada lima Course dan masing – masing course mempunyai 11 tugas matematika. Kami saat ini ada di course yang kedua. Setelah siswa selesai scan QR code muncullah pertanyaan matematika yang harus diselesaikan siswa. Pertanyaannya berbeda – beda di setiap lokasi yang berbeda. Jadi mereka juga mengikuti peta untuk menjawab satu persatu pertanyaannya. Seperti berpetualang. Contoh tugasnya mereka menerjakan konsep kesebangunan tapi dalam keadaan benar – benar nyata. Saat salah satu QR code di scan mereka diminta melihat peta di ubin lantai. Di peta tersebut terlihat jalan dari satu tempat ke tempat lain. Siswa diminta menghitung sebenarnya berapa km jarak dari satu tempat ke tempat yang lain. Ada juga soal tentang bendera korsel. Siswa diminta menghitung luas daerahnya. Bentuk bendera kosel kan sangat unik untuk dihitung luasnya. Ada juga tugas tentang menagapa tabung gas bentuknya silinder. Sebelum masuk ke inti soal biasanya ada stimulus seperti cerita sejarah berkaitan dengan pertanyaannya nanti. Jika siswa mampu menjawab dengan benar maka mereka mendapat penjelasan lebih mendalam tentang sejarah berkenaan dengan tugas tersebut jika salah cerita tersebut tidak bisa keluar. Guru juga nanti dapat laporan seberapa banyak pertanyaan yang berhasil di jawab siswa. Sebenarnya masih banyak lagi contoh tugasnya, tetapi karena brosurnya dalam bahasa korea ya ga ngerti, taunya hanya yang sudah dipresentasikan sebelumnya oleh Ms Mi Na. Saya bisa bayangkan persaan siswa yang mengikuti wisata Math Tour ini tentu jauh lebih menyenangkan daripada belajar matematika di kelas. Memang tujuan Math Tour ini telah di jelaskan di awal oleh Ms Mi Na Seo adalah untuk membuat siswa sadar bahwa matematika ada di sekitar kita, bahwa matematika berguna untuk kehidupan kita, bahwa matematika sangat indah dan matematika membawa ketertarikan terhadap kita yang tadinya tidak tau. Saya jadi terinspirasi mau buat seperti ini untuk siswa saya atau langkah awal kecilnya untuk anak saya dulu mungkin ya. Tidak mungkin bisa semewah di sini yang pakai QR Code, tapi bisa dimodifikasi jadi lebih sederhana. Ini kan seperti permainan mencari telur LOL yang lagi booming di kalangan youtuber seusia nisa. Nanti saya mau buat setiap nisa ketemu telur LOLnya dia harus bisa menjawab pertanyaan matematika dulu baru bisa dapat petunjuk dimana mencari telur berikutnya. Kalau untuk siswa saya kepingin banget bisa mengeksplore sejarah sumatera utara dan mengaitkannya dengan matematika. Yang jadi tantangan disini sih. Pengetahuan sejarah saya minim. Kalau Math Tour di Korsel sudah diorganisir dengan sangat baik sekali kan. Sebenarnya Indonesia bisa meniru ini. Di Jogja sudah ada konsep taman pintar dan kampung STEM versi SEAMEO QIPTEP. Kata teman salah satu peserta, dulu sempat ada seperti ini di Jakarta, tapi ga berkembang.
Perjalanan berikutnya pindah ke KERIS. Bukan batik Keris ya, tapi Korea Education and Research Information Service. Mungkin seperti pusat penelitian pendidikan di Korea Selatan. KERIS telah banyak bekerja sama dengan banyak negara termasuk Indonesia. KERIS bertujuan meningkatkan akses digital dan lingkungan belajar, meningkatkan kemampuan guru dalam penggunaan ICT dan praktek mengajar menggunakan ICT, meningkatkan literasi digital dan pada akhirnya mencapai output yang lebih baik. Memang saat kami masuk ke ruang presentasinya kami seperti masuk kelas masa depan. Berbeda dengan ruang presentasi di Daegu yang seperti ruang DPR, ruang kami dominan warna warni yang cerah dikelilingi peralatan mengajar yang canggih. Saya tidak mampu lagi menangkap dengan baik presentasinya, karena sudah kelelahan dan konsentrasi juga sudah tidak fokus, dari tadi mikir mau curi – curi waktu ke toilet untuk ambil wudu. Tetapi ada satu spot di ruangan tersebut yang membuat kami sangat tertarik. Ada sebuah alat scan yang membaca kertas dengan QR Code. Jika kita mewarnai gambar ikan di kertas tersebut lalu gambarnya discan, secara ajaib gambar kita masuk ke layar TV yang menampilkan pemandangan laut. Kami pun rebutan mau mencoba. Saya menggambar ikan bertuliskan INDONESIA dan ada gambar bendera merah putih, lalu ikan saya masuk ke layar TV dan berenang dengan ikan lainnya. Ha ha ha ha, lucu dan menyenangkan sekali. Sayapun mengambil foto dengan ikan buatan saya yang sedang berenang di lautan pada TV. Ada juga kami dapati layar touchscreen yang menampilkan informasi layaknya TV touchscreen tapi layar tersebut sekaligus dinding Aquarium. Memang Aquarium tanpa air yang hanya diisi kerang atau hiasan semacamnya. Tapi kami cukup terkejut saat pertama kali melihat aquarium itu disentuh berubah menjadi layar touchscreen. Selesai dari ruang tersebut Kami diminta buru – buru kembali ke bus. Untung saya sempat curi waktu untuk wudu, begitu juga teman – teman lainnya. Tapi solat dilakukan sambil duduk di bus. Kamipun pulang ke kapus yang memakan waktu dua jam. Karena kelelahan saya pun tertidur.
Demikian jurnal hari ini. Saya pikir ini menjadi hal terseru selama saya diklat di sini, ternyata…. keseruan berikutnya pun datang di materi diklat berikutnya, tapi laporannya belum jadi.